Jumat, 25 Februari 2011

SERAT DEWA RUCI

SERAT DEWA RUCI

Atas perintah bekas gurunya Durna Werkudara berangkat untuk mencari air hidup. Begitu mendengarnya seluruh perhatian Werkudara tertuju paadanya. Tidak ada pertimbangan yang menahanya. Besar tekadnya untuk mendapatkanya. Bersatu tekad hingga berani mati. Tanpa menghiraukan bahaya yang mengancamnya

Ia membongkar hutan Tikrasara terus gunung Candramuka. Raksasa Rukmaka dan Rukmakala terbunuh menjadi sang indra dan sang Bayu kembali ke keindraan. Werkudara menyelam mengarungi samudra ,membunuh naga yang ganas yang bernama Nemburnyawa.

Dalam hal ini Werkudara menjadi perlambang , manusia bertapa(bersemedi), menghilangkan nafsu-nafsu rendah dan memurnikan batinya.ia “mati sajroning urip”dengan tujuan “urip sajroning mati”. Sikap Werkudara adalah sikap sempurna dalam falsafah jawa. Setelah kuku pancanaka merobek robek naga Nemburnyawa dan usahanya tiada hasil. Badan lelah dan membiarkan diri diombang ambing kan alun kesana kemari. Keadaan tampk sepi tenang tidak ada sesuatu lagi yang dikerjakan.akhirnya Werkudara yang gagah berani itu pasrah kepada kodrat yang menentukan.

Pada saat itulah muncul tubuh kecil ,yang persis dengan werkudara itu sendiri. Wujud itu menamakanya Dewa Ruci, sebagai penjelmaan yang maha kuasa, pribadi Werkudara. Ia mengajak Werkudara memasuki batinya melalui telinga kiri

Dewa Ruci mengantarnya keperjalaanan sesungguhnya .didalam pribadinya Werkudara menemukan apa yang dicarinya ,air hidup ,yaitu asal usul dirinya, Sangkan paraning dumadi di dasar batinya sendiri. Werkudara bersatu dengan Tuhanya didasar sukmanya sendiri . Ia mencapai manunggaling kawula Gusti.

Setelah Werkudara kembali ke lingkungan saudara-saudaranya secara lahiriah tidak berubah. Dengan Sepi ing pamrih Werkudara selalu memenuhi kewajibannya. Air hidup itu oleh Werkudara dicarinya tidak untuk keuntungan. Sebenarnya Werkudara menjadi orang besar, yaitu manusia sempurna berupa insan kamil yang telah mendapat kehidupan yang sebenarnya,tak terkalahkan

Demikian kisah Dewa Ruci menurut DR. Frans Magins Suseno sj.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar